Berdasarkan catatan arkeologi, tambang tertua di dunia adalah Lion Caves yang terletak di Swaziland, Afrika Selatan. Setelah diuji radiokarbon, tambang tua tersebut berasal dari 43.000 tahun yang lalu. Tambang prasejarah ini digunakan penduduk saat itu atau nenek moyang Palaeolithic untuk menambang “flint” (batu api) dan logam yang digunakan untuk membuat suatu alat. Mengoperasikan tambang bukanlah suatu hal yang mudah. Semua pertambangan prasejarah memerlukan infrastruktur pendukung, termasuk tenaga kerja spesialis dan perlengkapan alat (picks, perancah, pencahayaan buatan), pekerja, makanan, pakaian, jaringan perdagangan, dan lain - lainnya.
Pada “Lion Cave” di Swaziland, penambang kuno membuat sebuah terowongan selebar 25 kaki, dengan kedalaman 30 kaki, dan tinggi 20 kaki. Terowongan ini sepanjang 500 kaki. Rupanya, kegiatan pertambangan ini dihentikan ketika ada 5 ton batu jatuh dari atap terowongan dan memblokir pintu masuk.
Salah satu hal yang menarik tentang Lion Caves adalah bahwa tambang tersebut adalah tambang pigmen. Pertambangan oker merah, pigmen oleh orang-orang primitif sebagai cat tubuh untuk ritual mereka. Jumlah material yang dipindahkan cukup mengesankan. Diperkiraan 50-100 ton secara teratur ditambang.
Selain di Lion Caves, tambang oker merah pada periode Paleolitik ada di Olduvai Gorge di Tanzania, Ambrona di Spanyol, Terra Amata di Perancis, dan Becov di Cekoslovakia. Penggunaan oker tampaknya meningkat selama periode Paleolitik Tengah dalam tradisi Mousterian dan menjadi umum pada periode Paleolitik. Oker merah juga digunakan untuk peleburan besi sebelum milinium kedua.
Beberapa contoh awal dari pertambangan untuk rijang (flint) juga berasal dari sepanjang lembah Sungai Nil di Mesir. Di tempat tersebut banyak bekas tambang telah ditemukan dari periode Palaeolithic yaitu sekitar 38000 SM – 33000 SM. Tapi kemungkinan pertambangan di Lembah Sungai Nil berusia lebih tua lagi. Ada empat situs tambang tua yang dilaporkan ada di sekitar Sungai Nil yaitu Qena dan Nazlet Safaha yang telah ada sejak 50.000 tahun yang lalu, sementara Nazlet Khater dan Beit Allam, telah ada sejak 60.000 tahun yang lalu Semua situs – situs tambang tua tersebut adalah tambang batu.
Peradaban Mesir kuno juga telah menambang perunggu di Maadi. Pada awalnya, Mesir menggunakan batu perunggu hijau terang untuk Hiasan Mushaf dan tembikar. Kemudian, antara waktu 2613 SM dan 2494 SM, ketika adanya proyek pembangunan bagunan besar, Mesir membutuhkan banyak sumber daya alam, tetapi sayangnya sumber daya alam tersebut tidak tersedia di Mesir. Maka bangsa Mesir melakukan ekspedisi ke daerah lain untuk mencari batu pirus.
Pertambangan untuk batu pirus serta tembaga ditemukan di daerah yang bernama Wadi Hamamat, Tura, Aswan dan berbagai situs miliki bangsa Nubian di Semenanjung Sinai dan di Timna. Pertambangan batu mulia dan logam di Mesir terjadi di dinasti awal. Tambang emas Nubia adalah yang terbesar dan paling luas diantara tambang yang ada di Mesir Kuno. Mereka menggunakan trik api untuk dapat memecah batuan emas yang keras. Emas akan dihancurkan hingga menjadi bubuk atau debu sebelum dibentuk.