King Tut atau yang juga dikenal dengan nama Firaun Tuntankhanum adalah salah satu Firaun Mesir. Dia merupakan Firaun dari dinasti ke 18 periode Kerajaan Baru Mesir Kuno yang memrintah sekitar tahun 1332 SM – 1323 SM.
Baru – baru ini para peneliti menemukan sesuatu yang mengejutkan dari dalam sarkofagus Firaun Tuntankhanum. Sebuah belati yang ada ditemukan di dalam sarkofogus Firaun Tuntankhanum ternyata terbuat dari besi yang berasal dari ruang angkasa. Menggunakan peralatan portabel X-ray spektrometri fluoresensi, tim peneliti dari Italia dan Mesir menegaskan bahwa besi dari belati yang ditempatkan di paha kanan mumi Firaun Tut mumi berasal dari batu meteor. Para peneliti tersebut merupakan gabungan peneliti dari Museum Mesir, Kairo dengan peneliti dari Pisa University di Milan. Hasil penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Meteoritics dan Planetary Science.
Senjata tersebut yang sekarang dipamerkan di Museum Mesir di Kairo, ditemukan pada tahun 1925 oleh Howard Carter, yang tiga tahun sebelumnya telah menemukan makam sang Firaun di tepi barat Sungai Nil yaitu di Gerzeh. Belati tersebut terbuat dari bahan anti karat, logam homogen. Selain itu belati ini memiliki pegangan emas yang dihiasi. Selubung emas dengan motif bunga lily menghiasasi di satu sisi dan dengan pola bulu di sisi lain serta berbentu kepala serigala pada ujungnya.
"Besi meteorik tersebut jelas sekali memliki persentase nikel yang tinggi," ujar Daniela Comelli dari epartemen Fisika dari Milan Politeknik, mengatakan kepada Discovery News.
Memang, sebagian besar besi meteoroit terbuat dari besi dan nikel, dengan sejumlah kecil dari kobalt, fosfor, sulfur dan karbon. Sementara belati kuno Firaun Tut tersebut mengandung presentase nikel hampir 11 persen.
"Rasio nikel dan kobalt yang ada di pisau belati itu sesuai dengan besi meteorit yang berasal dari periode awal tata surya," kata Comelli.
"Kami mengambil dan mempertimbangkan dari semua meteorit yang ditemukan di dalam area seluas 2.000 km di radius sekitar Laut Merah, dan kami menemukan 20 artefak kuno dari besi meteorit," kata Comelli.
"Hanya ada satu, bernama Kharga, ternyata memiliki kandungan nikel serta kobalt yang mirip dengan bahan pembuat belati itu," tambahnya.
Fragmen Meteorit yang digunakan sebagai bahan belati ini ditemukan pada tahun 2000 di sebuah dataran tinggi batuan kapur di Mersa Matruh, sebuah pelabuhan laut yang berjarak sekitar 150 mil sebelah barat dari Alexandria
Studi ini menunjukkan bahwa besi metoroit pada masa peradaban Mesir kuno bernilai tinggi. Hal ini karena besi metoroit hanya digunakan untuk bahan pembuatan barang berharga. Orang – orang Mesir Kuno mungkin telah mengamati dan meneliti potongan batu yang jatuh dari langit ini. Untuk membuat besi metoroit menjadi belatu, maka besi tersebut harus dipanaskan atau dilelehkan pada suhu 2000o C, sementara orang Mesir Kuno pada masa itu belum memiliki teknologinya. Mereka membuat belati tersebut dengan menempanya. Adanya penemuan belati berkualitas tinggi ini juga menunjukkan bahwa aktivitas menempa besi di Mesir Kuno telah dilakukan pada abad ke-14 SM.