Dalam cerita rakyat atau mitos, Raksasa adalah mahluk bertubuh besar sekali tetapi berbentuk mirip manusia. Kata raksasa yaitu “giant” berasal dari bahasa latin “gigantes”, sebuah mahluk dalam mitologi Yunani yang digambarkan mengerikan, buas tetapi bertubuh manusia. Menurut Hesiod, seorang penyair Yunani, gigantes adalah anak – anak dari Ge (Bumi) dan Uranus (Surga). Sementara itu dalam Gigantomachy (ceritas tentang raksasa) para raksasa pernah bertarung dengan Olympians, para dewa. Pertarungan ini dimenangkan oleh para dewa setelah mendapat bantuan pemanah Heracles yang berhasil membunuh raksasa.
Orang – orang Yunani kuno menyakini bahwa para raksas tinggal di bavah gunung, oleh sebab itu jika terjadi gempa bumi atau gunung meletus maka itu karena ulah para raksasa. Gigantomachy menjadi tema artistik populer (misalnya dapat ditemukan pada dekorasi yang menghiasi altar gereja di Pergamus, sebuah kota kuno Yunani) dan ditafsirkan sebagai simbol kemenangan kebudayaan Yunani atas barbarisme atau kemenangan atas kebaikan dari kejahatan.
Raksasa dari mitologi Nordik adalah makhluk purba yang berhasil dikalahkan oleh para dewa. Dalam cerita rakyat ini, raksasa adalah manusia yang mendiami dunia pada masa awal. Dalam Alkitab bab Bilangang 13: 32-33, diceritakan bahwa penduduk Israel di Kanaan melihat raksasa. Sementara itu kota di Eropa pada abad pertengahan sering memiliki raksasa perlindungan kota yang diwujudkan dalam bentuk patung. Di London tokoh raksasa Gog dan Magog dianggap untuk mewakili dua raksasa Cornish yang ditawan oleh Brutus, pendiri legendaris Inggris. Dalam kebanyakan cerita Eropa raksasa dideskripsikan sebagai sosok yang kejam, bodoh dan kanibal serta sering bermata satu. Meskipun terdapat raksasa yang ramah seperti Rubezahl, yang tinggal di hutan Bohemian, sebagian besar raksasi ditakuti dan dibenci. Akan tetapi sering terjadi pernikahan antara putri raksasa dengan pahlawan atau ksatria.
Sosok raksasa tidak selalu dikaitkan dengan mitologi atau cerita khayalan. Dalam tradisi kuno Eropa terdapat pernyataan bahwa orang pada zaman dahulu memang memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dan lebih kuat, tetapi kemudian merosot setelah “zaman keemasan”.