Sistem biner adalah sebuah penemuan kuno yang telah ada berabad – abad sebelum konsep komputer ada. Ahli matematika Jerman, Gottfries Leibniz mengatakan menemukan sistem pada 1703 M. Namun, penemuan terbaru mengatakan tidak demikian. Para peneliti di Norwegia membuat penemuan yang mengejutkan ini setelah mempelajari bahasa Mangareva di Kepulauan Pasifik kecil, Polinesia Perancis.
Penduduk Mangareva Kuno
Salah satu dari dua sistem nomor tradisional digunakan di Mangareva, memiliki tiga struktur biner tersuperposisi ke struktur desimal. Penemuan struktur biner Mangarevan telah digunakan berabad-abad sebelum deskripsi formal ditemukan oleh Leibniz. Hal ini membuktikan kemajuan dalam berhitung bahkan tanpa adanya notasi dan dengan demikian menyoroti peran budaya bagi evolusi dan keragaman dalam kognisi numerik.
Lebih dari 300 tahun yang lalu, matematikawan dan filsuf Jerman Gottfried Leibniz menunjukkan keuntungan komputasi dari sistem bilangan biner atau basis 2. Meskipun teori groundbreaking Leibniz meletakkan dasar untuk komputasi dengan mesin, pada umumnya manusia terus memanfaatkan sistem nomor lisan yang dibangun di atas dasar 10 yang menimbulkan pertanyaan apakah penomoran biner kompatibel dengan kognisi manusia.
Pure aritmatika biner bekerja sesuai dengan 'dasar dua' sistem - '1 dan' 0, daripada 'dasar 10' konvensional - 1,2,3,4,5 dll - sistem penghitungan yang di banyak budaya diperkirakan telah digunakan karena mengandalkan sepuluh jari. Sekarang, penemuan baru mempertanyakan asal sistem biner dan tanggal penemuan tersebut.
Andrea Bender, seorang ilmuwan kognitif dan Sieghard Beller di University of Bergen di Norwegia mencoba mencari keterkaitan sistem nomor dalam bahasa Polinesia. Penelitian mereka ini muncul dalam Prosiding National Academy of Sciences.
Mereka menemukan bahwa orang Polinesia yang tiba di Mangareva pada lebih dari 1.000 tahun yang lalu menggunakan sistem desimal, seperti yang dilakukan orang Polinesia lain. Namun pada 1450 M, orang – orang di Mangarevan ini mulai menggunakan sistem yang dikombinasikan basis 10 dan basis 2. Dalam bahasa Mangarevan, ada kata-kata untuk angka 1 sampai 9 dengan semua sistem desimal.
Untuk nomor 20 sampai 80, bahasa Polinesia kuno menggunakan sistem biner, dengan istilah satu kata yang terpisah selama 20, 40 dan 80. “Mereka tidak memiliki tulisan atau sistem notasi, sehingga mereka harus melakukan segala sesuatu dalam pikiran mereka”, kata Andrea Bender.
Sistem ini tidak hanya berkembang untuk membantu orang memecahkan aritmatika mental yang kompleks, tetapi juga memainkan peran penting dalam budaya Mangarevan, di mana orang sering melakukan perdagangan barang dalam jumlah besar atau untuk penghitungan upeti. Orang Mangarevan menggunakan sistem ini untuk menghitung objek yang dianggap sangat berharga, termasuk kelapa, ikan dan gurita.
Hingga kini, selalu diasumsikan bahwa Leibniz adalah orang pertama yang memperkenalkan sistem biner, tetapi penemuan terbaru ini jelas menunjukkan orang-orang kuno telah akrab dengan bilangan biner dalam waktu yang sangat lama. Saat ini, bahasa Mangarevan sedang mengalami risiko kepunahan dan penduduk setempat menggunakan angka Arab serta sistem penghitungan desimal yang digunakan di sebagian besar daerah di dunia.