Kelahiran hampir selalu dirayakan dengan sukacita. Hadirnya mahluk hidup baru dalam wujud bayi manusia merupakan simbol harapan baru yang dapat membawa kegembiraan. Melahirkan merupakan proses yang sulit dan menyakitkan bagi perempuan bahkan terkadang dapat membahayakan nyawa. Oleh sebab itu, masyarakat akan mengiringi dengan doa dan berbagai ritual selama proses kehamilan, kelahiran, dan setelah kelahiran. Tradisi ritual yang berhubungan dengan kelahiran telah dilakukan oleh bangsa-bangsa kuno yang hidup pada masa lampau.
Mesir Kuno
Perempuan Mesir kuno tidak mengenal ritual selama kehamilan atau baby shower seperti dalam budaya barat. Ritual perayaan baru akan terjadi ketika sang ibu telah menjalani proses persalinan. Dalam periode Kerajaan Lama Mesir, 14 hari setelah melahirkan baru prosesi ritual akan dimulai. Sang ibu beserta keluarganya akan mengunjungi kuil. Bayi akan akan dipersembahkan di hadapan Dewa. Ritual yang mereka lakukan di kuil tidak hanya berdoa tetapi juga membuang tali pusat dan plasenta bayinya. Kegiatan ini merupakan bentuk penyambutan bagi kehidupan baru.
Patung Yang Meilustrasikan Perempuan Mesir Sedang Menyusui Bayinya
Yunani
Seperti bangsa Mesir, Yunani kuno melakukan perayaan setelah proses kelahira. Ketika sorang anak lahir, maka ibu dan “bidan” akan berteriak dengan suara melengking sebagai penanda. Setelah itu tali pusar bayi akan dipotong, ibu dan bayi juga akan dimandikan. Selama 10 hari mereka akan dijaga agar tetap “murni” (diam di dalam rumah) dan selama 5 hari akan dibantu untuk mengurus bayi.
Pada hari kelima atau ketujuh setelah kelahiran, akan diadakan upacara penyambutan bayi yang bernama Amphidrimia. Dalam upacara ini sang ayah akan berjalan di sekitar perapian beberapa kali yang melambangkan integrasi bayi /penyatuan ke dalam rumah atau keluarga. Dalam sebuah ritual yang disebut Dekade (yang artinya hari kesepuluh) ibu akan baru dapat kembali ke tengah mayarakat (diperbolehkan keluar rumah) yang ditandai dengan sebuah perjamuan makan yang dihadiri oleh kerabat dan teman-teman. Bagi wanita zaman ini, melahirkan adalah satu-satunya cara untuk memperoleh pengakuan dari laki-laki dan pernikahan tanpa menghasilkan anak memiliki resiko yang besar berujung perceraian.
Ilustrasi Proses Kelahiran Dalam Seni Yunani Kuno
Romawi Kuno
Setelah proses kelahiran, bangsa Romawi kuno memliki banyak ritual traidis yang sering melibatkan anak-anak, roh, dan banyak dewa dari agama Romawi. Jika bangsa lain memandang kelahiran sebagai suatu hal yang membahagiakan tidak demikian dengan bangsa Romawi. Ini disebabkan karena sering kali perempuan meninggal saat melahirkan karena metode berbahaya yang digunakan selama persalinan. Namun, juga terdapat masalah lain yaitu keguguran yang mengakibatkan perempuan Romawi takut memiliki bayi.
Terkadang perempuan Romawi juga tidak menyadari jika mereka sedang hamil. Dengan mengabaikan kehamilan tentunya akan mempengaruhi bayinya akibatnya dapat mengalami keguguran. Tetapi jika semuanya dapat berjalan dengan lancar, bayi dapat lahir, maka ini akan menjadi kesempatan yang paling menakjubkan bagi ayah dan ibu sang bayi. Secara khusus sang ayah akan mengangkat tinggi bayinya untuk membuktikan bahwa dia adalah ayah dari sang bayi.
Patung Pria Romawi Kuno Yang Menggendong Bayinya
Beberapa hari setelah kelahiran yaitu sembilan hari untuk bayi laki-laki dan delapan hari untuk bayi perempuan, seorang bayi akan diberi nama yang dipilihkan oleh orang tua. Bayi juga akan diberikan hadiah berupa liontin khusus bernama bula yang dipakaikan di lehernya. Bula ini berisi jimat yang melambangkan kebaikan karena diyakini dapat memberikan aura perlindungan bagi sang bayi. Bula dikaikan oada rantai atau tali. Seorang perempuan Romawi akan menggunakan bula sampai menjelang pernikahan mereka. Sementara anak laki-laki akan menggenakan bula hingga mereka secara resmi menjadi warga negara. Seseorang akan dapat menggenakan bulanya lagi jika ia berhasil mendapatkan sebuah penghargaan/prestasi. Misalnya, jika ia berhasil berhasil menjadi jenderal yang sukses maka ia akan memakai bula di parade upacara untuk melindunginya dari kejahatan.
Sampai pada abad ke 3 M, orang tua di wilayah Kekaisaran Romawi kuno wajib mendaftaran bayi maksimal tiga puluh hari setelah kelahiran bayi.