Dalam Alkitab, dikisahkan bahwa pada malam Perjamuan Terakhir, Yesus memegang atau menggunakan sebuah cangkir/cawan/gelas. Oleh karena Yesus menggunakan cawan selama Perjamuan Terakhir, hal ini menjadi dasar bagi umat Kristen dalam penggunaan cawan pada Ekaristi. Artikel ini tidak akan membahas mengenai Perjamuan Terakhir, tetapi tentang “Holly Grail”, yaitu cawan Perjamuan Terakhir Yesus. Menurut kisah secara turun temurun, cawan ini telah digunakan Yusuf dari Arimatea untuk mengumpulkan darah Yesus ketika disalibkan dan kemudian diletakkan di dalam kubur Yesus. Setelah itu sudah tidak diketahui keberadaanya. Selama berabad-abad banyak orang yang mecari keberadaan cawan legendaris ini.
King Athur, Raja Pertama Inggris bahkan juga berusaha untuk mencari keberadaan Holly Grail. Banyak teori mengenai kemana hilangnya cawan ini. Salah satunya adalah yang berhubungan dengan Ksatria Templar - adalah ordo militer Gereja Kristen (Katholik) terbesar dan terkuat, dibentuk pada 1119, setelah Perang Salib I, untuk membantu Kerajaan Yerusalem melindungi kerajaannya dan melindungi keamanan para peziarah yang pergi ke Yerusalem. Dipercaya bahwa pasukan tersebut telah membawa cawan ini dari Yerusalem pada Perang Salib.
Ilustrasi Holly Grail dan Ksatria Templar
Ada pula cerita yang mengatakan bahwa Yusuf Arimatea membawa cawan suci ini ke Glastonbury di Inggris yang merupakan sebuah pos milik Kerajaan Romawi pada periode penyaliban Yesus. Serta dipercaya juga bahwa Yusuf Arimatea dimakamkan tidak jauh dari tempat tersebut. Pada tahun 1906, di bekas tempat itu ditemukan sebuah mangkok biru yang oleh beberapa orang diyakini sebagai Holly Grail. Sejak itu setidaknya ada empat cangkir lain yang dinyatakan sebagai Holly Grail, dua dari Inggris dan Wales, dan dua lainnya dari Timur Tengah.
Glanstonbury di Inggris
Sementara itu menurut Richard Barber, sejarahwan dan penulis buku “The Holly Grail: Imagination and Belief”, mengatakan bahwa Holly Grail adalah cerita imajinasi dari seorang penyair Perancis abad ke-12. Penyair itu bernama Chretien de Troyes. Apa yang ia tuliskan dalam cerita awal tidak cukup spesifik. Untuk membandingkannya Barber memeriksa teologi Misa Gereja Katholik Roma. Pada abad ke-12, Misa tidak hanya melingkupi ritual/perayaan ekaristi tetapi juga drama, teater, dan tontonan. Dari sinilah ia menemukan ide Holly Grail.
Pencarian Holly Grail yang legendaris memang telah menginspirasi pendongeng sejak kisah Raja Arthur pertama kali disebarluaskan di Eropa pada abad pertengahan. Semenjak itu orang-orang mulai melakukan pencarian tanpa akhir. Meskipun demikian di Inggris terdapat sebuah benda kuno yang disebuat “Piala Nanteos” yang menjadi kandidat terkuat dari Holly Grail. Benda itu ditemukan di Nanteos Mansion, Wales, sebuah rumah yang telah digunakan para biarawan pada abad ke-16 sebagai tempat berlindung pada masa pemerintahan Raja Henry VIII.
Menurut cerita yang beredar pada abad pertengahan, dahulu Raja Arthur berkumpul bersama anak buahnya di Meja Bundar untuk merayakan hari Pentakosta dengan menggunakan Piala Nanteos. Adegan ini digambarkan dalam sebuah naskah dari abad ke-15. Cawan Raja Arthur ini kemudian hilang dan baru diketemukan sekitar tahun 1952 di Nanteos Mansion. Tetapi menurut penelitian, Piala Nanteos bukannlah cawan yang digunakan Yesus, karena berasal dari periode yang berbeda yaitu beberapa abad setelah Perjamuan Terakhir. Selain itu piala itu tidak terbuat dari kayu zaitun yang merupakan bahan utama untuk membuat Holly Grail. Hingga masa sekarang memang tidak diketahui dimana keberadaan Holly Grail yang sebenarnya yang ada hanyalah berbagai spekulasi serta berbagai benda yang hanya diyakini sebagai yang asli.
Dalam Perjamuan Terakhir memang benar Yesus menggunakan cawan, tetapi kisah mengenai Holly Grail masih menjadi pertanyaan. Apakah Holly Grail masih ada atau tidak hanya akan menjadi sebuah misteri. Apalagi mengingat jarak waktu yang jauh dari peristiwa Perjamuan Terakhir dan masa sekarang.Lukisan King Arthur Berkumpul Dalam Meja Bundar Saat Pentakosta
Sumber: