Kita sering melihat berbagai perwujudan naga di sekeliling kita, baik berupa gambar, boneka, kesenian (barongsai), dan sebagainya. Dalam berbagai budaya seperti di Eropa, Cina, dan Jepang, kisah tentang Naga telah membuatnya menjadi hewan legendaris. Lalu, apakah naga itu benar-benar ada, karena hingga sekarang belum pernah dijumpai satu pun sosok naga secara nyata.
Mitos tentang naga belum dapat dipastikan kapan munculnya, tetapi dapat ditelusuri sejak 4000 tahun SM. Naga dikatakan dapat hidup dimana saja, tergantung pada jenis naga itu. Habitat mereka mulai dari pusat bumi, tengah laut, gua-gua, daerah yang penuh akan api, tempat yang gelap dan basah.
Kata naga sendiri berasal dari bahasa Inggris pada abad ke-13 yaitu “old dragon”. Kemudian dalam bahasa latin disebut “draconem” yang berarti ular besar atau naga. Dalam bahasa Yunani dari kata δράκων atau drakon serta drakontos genetive yang berarti ular atau hewan laut raksasa. Oleh karena dalam bahasa Yunani dan latin diartikan sebagai ular maka belum tentu bagian dari mitologi naga.
Di Yunani Kuno filsuf yang pertama kali menggunkan kata “naga” adalah Iliad, dimana dia merujuk kepada Agamemnon-pahlawan dalam mitologi Yunani, yang pakaiannya digambarkan memiliki motif naga biru pada sabuk pedangnya dan lambang naga berkepala tiga yanga ada di piring dadanya. ".
Pada 217 M, seorang filsuf yang barnama Flavius Philosastratus menulis buku yang berjudul The Lie of Apollonius of Tyana yang di dalamnya di bahas tentang naga di India. Sementara itu menurut koleksi buku yang ditulis Claudius Aelianus, menyebutkan tentang wilayah Ethiopia yang dihuni oleh spesies naga yang diburu oleh gajah. Naga tersebut bisa tumbuh hingga 180 kaki atau 55 m dan memiliki umur paling abadi diantara semua hewan.
Cerita naga muncul semua sepanjang sejarah dan hampir setiap kebudayaan memiliki tema mereka sendiri tentang naga. Beberapa penyebabnya mungkin karena ditemukannya fosil dinosaurus. Naga bisa digunakan untuk menggambarkan tulang yang tak terlukiskan dari makhluk yang tidak diketahui. Ada cerita tentang naga di setiap bagian dunia kecuali di Antartika. Meskipun tidak ada orang di Antartika tetapi bukan itu penyebab tidak ada naga di sana. Iklim ekstrim Antartika membuat naga tidak suka tinggal di sana, naga memang ada yang hidup di air tetapi tidak di es.
Orang-orang kuno mungkin telah menemukan fosil dinosaurus dan salah mengartikannya sebagai sisa-sisa naga. Chang Qu, seorang sejarawan Cina dari abad ke-4 SM, mensalahartikan fosil sebagai naga di tempat yang sekarang disebut Provinsi Sichuan. Sementara di daerah sub-Sahara Afrika, buaya Nil mungkin telah menjadi inspirasi cerita naga di zaman kuno hingga ke Eropa. Mereka diceritakan berenang melintasi Mediterania ke Italia dan Yunani. Hewan ini adalah salah satu yang terbesar dari semua spesies buaya, dan pada saat dewasa dapat mencapai 18 kaki panjangnya. Dan tidak seperti buaya lainnya, mereka dapat berdiri (terangkat dari tanah) dan berjalan meskipun secara lambat.
Australia adalah rumah bagi sejumlah spesies biawak yang juga disebut sebagai goannas. Mereka merupakan hewan predator yang besar, memiliki gigi tajam dan cakar, serta mereka adalah tokoh penting dalam cerita rakyat tradisional Aborigin. Studi terbaru bahkan menunjukkan bahwa goannas dapat menghasilkan racun yang menyebabkan luka gigitan pada korbannya untuk mengembangkan infeksi setelah serangan. Setidaknya di Australia, makhluk ini mungkin bertanggung jawab untuk mitos tentang naga.
Sumber: