Suku Dunia ~ Dayak atau Daya adalah suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, Indonesia. Suku Dayak diperkirakan berasal dari Yunan di Cina Selatan. Sekitar 3.000 - 1.500 SM, penduduk Yunan bermigrasi secara besar-besaran. Mereka membentuk kelompok-kelompok kecil. Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu (Malaysia).
Suku Dayak terbagi dalam berbagai sub-suku yang kurang lebih berjumlah 405 sub-suku. Namun, secara garis besar Suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yaitu Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Suku Dayak Punan merupakan Suku Dayak yang paling tua mendiami Pulau Kalimantan. Berikut beberapa suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan.
No. | Nama Suku Dayak | Wilayah Penyebaran |
1. | Kanayatn | Kalimantan Barat (Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Bengkayang, sebagian kecil di Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sanggau). |
2. | Banyadu | Kalimantan Barat (Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Sanggau). |
3. | Punan | Hulu Sungai Kapuas. |
4. | Krio | Daerah aliran Sungai Krio, Kabupaten Ketapang. |
5. | Iban | Kalimantan Barat, Serawak, dan Brunei. |
6. | Ot Danum | Wilayah Pegunungan Schwaner. |
7. | Benuaq | Kalimantan Timur (Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Samarinda), Kalimantan Tengah (Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan). |
8. | Kenyah | Serawak, Kalimantan Timur (Kabupaten Malinau), Kalimantan Barat. |
9. | Maayan | Kalimantan Tengah (Kabupaten Barito Timur dan sebagian Kabupaten Barito Selatan), Kalimantan Selatan (Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru). |
Bahasa Suku Dayak
Suku Dayak terdiri atas beragam sub-suku yang memiliki dialek bahasanya masing-masing. Secara ilmiah, ada 5 kelompok bahasa yang dituturkan, yaitu Barito Raya, Dayak Barat, Borneo Utara, Dayak Banuaka, Melayik. Selain itu, bahasa Indonesia juga sering digunakan.
Adat Istiadat Suku Dayak
Salah satu tradisi masyarakat Dayak adalah upacara adat naik dango. Naik dango merupakan apresiasi kebudayaan masyarakat adat Dayak Kanayatn Kalimantan Barat yang rata-rata berprofesi sebagai petani. Makna upacara adat naik dango bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia Jubata (Tuhan) kepada Talino (manusia) karena telah memberikan padi sebagai makanan manusia. Ritual ini juga sebagai permohonan doa restu kepada Jubata untuk menggunakan padi yang telah disimpan di dango padi, agar padi yang digunakan benar-benar menjadi berkat bagi manusia dan tidak cepat habis. Selain itu, upacara adat ini sebagai pertanda penutupan tahun berladang dan sebagai sarana untuk bersilaturahmi untuk mempererat hubungan persaudaraan atau solidaritas.
Rumah Adat Suku Dayak
Rumah Betang atau rumah Panjang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman sku Dayak. Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang dibangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut.
Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagai makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama, ataupun latar belakang sosial.
Peninggalan Suku Dayak
Salah satu bentuk peninggalan masyarakat Dayak adalah Candi Agung. Bangunan ini merupakan sebuah situs candi Hindu berukuran kecil yang terdapat di kawasan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya se-zaman dengan Kerajaan Majapahit.
Candi Agung Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Kahuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika pada abad XIV Masehi. Dari kerajaan ini kemudian melahirkan kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan Kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di Candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun, bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.
Sumber : Google