Tidak bisa dipungkiri, horor merupakan salah satu genre film yang paling disukai oleh penikmat film saat ini. Meskipun kadang gagal membuat penontonnya merasa ketakutan, minat terhadap genre ini sama sekali tidak pernah pudar.Tema-temanya pun belakangan semakin beragam. Termasuk horor super sadis yang biasa dikenal dengan sebutan slasher.
Bedanya, jika rata-rata horor klasik menggebrak lewat kejutan serta nuansa-nuansa yang membuat bulu kuduk merinding, film-film slasher lebih terang-terangan dalam membuat para penontonnya menutup mata melalui gambaran pembunuhan yang sadis. Musuhnya pun tak melulu hantu dan budgetnya tak harus besar.
Yang pasti, asalkan ada satu musuh utama (entah psikopat atau hantu) serta darah para korban yang bercipratan dimana-mana, agaknya film-film jenis ini sudah dapat membuat fansnya tertawa renyah atau bahkan bertepuk kegirangan.
Lantas, film apa saja yang termasuk dalam kategori ini? Berikut lima diantaranya seperti dikutip liputan6.com:
1. Friday the 13th (1933)
Friday the 13th yang mengisahkan tentang seorang psikopat bertopeng yang kerap membantai para muda-mudi ini pertama kali dirilis pada 1980 dan mendapat banyak tanggapan negatif dari penikmat horor.
Namun seiring berjalannya waktu, Jason malah sukses menjadi salah satu ikon film slasher dan berjalan hingga sembilan sekuel, satu spin off dan satu reboot. Bahkan, judul-judul bergenre serupa yang rilis setelahnya, dikabarkan banyak mengambil unsur-unsur yang disuguhkan di dalam film itu.
Sebut saja diantaranya Texas Chainsaw Massacre, dua seri Hostel, hingga Maniac yang dibintangi Elijah Wood.
2. Evil Dead (1981)
Jika tadi kita berbicara soal psikopat yang hobi membantai orang, kali ini kita akan sedikit melanjutkan perjalanan ke cerita hantu yang tentunya sudah menjadi lahapan biasa bagi penggemar horor. Namun, patut sedikit diingatkan, kisah Evil Dead tidaklah sama dengan film-film hantu di mana unsur kejutan dijadikan alat serang utamanya. Di film ini, meski ancaman berasal dari mahkluk tak kasat mata, adegan-adegan sadis tetap tak bisa dihindari oleh para korbannya.
Sebut saja salah satunya karakter Cheryl yang memotong lidahnya sendiri setelah dirinya mengalami kerasukan. Tak cukup di situ saja, dia juga membantai teman-temannya dengan cara yang tak kalah sadis dengan film-film slasher kebanyakan.
Hasilnya, meski membuat ngilu penontonnya, film seperti ini menjadi salah satu kiblat baru di dunia horor.
Sebut saja salah satunya karakter Cheryl yang memotong lidahnya sendiri setelah dirinya mengalami kerasukan. Tak cukup di situ saja, dia juga membantai teman-temannya dengan cara yang tak kalah sadis dengan film-film slasher kebanyakan.
Hasilnya, meski membuat ngilu penontonnya, film seperti ini menjadi salah satu kiblat baru di dunia horor.
3. Cannibal Holocaust (1980)
Cannibal Holocaust merupakan film produksi Italia yang dibuat sekitar tahun 1980. Disutradarai oleh Ruggero Deodato, film ini dibuat dengan gaya dokumenter sembari mempertontonkan aksi seram para suku kannibal di Hutan Hujan Amazon.
Kontan, berhubung tergolong hal yang baru di masa itu, kecaman terhadap film ini pun berdatangan. Tak tanggung-tanggung, 19 negara termasuk Italia melarang penayangan film ini. Yang paling keras, adalah pihak yang membawa sang sutradara ke meja hijau dengan tuduhan melakukan pembunuhan pada para aktor di dalam film.
Beruntung, meski sempat membuat heboh akibat penggambarannya yang sangat sadis, film murni fiktif ini sukses meraup keuntungan yang cukup besar. Melihat peluang yang cukup baik di tema ini, beberapa film serupa bermunculan.
Termasuk The Green Inferno yang baru dirilis pada 5 September 2014 kemarin. Diketahui, kembali mengambil setting di hutan Amazon, film yang sempat menuai reaksi ekstrim di ajang TIFF 2013 (Toronto International Film Festival) itu mencoba menggali lagi tema yang pernah dipakai Cannibal Holocaust
Yang bikin seram, dihiasi akting apik dari tiga pemain utamanya yakni Lorenza Isso, Ariel Levy serta Daryl Sabara, sang sutradara Eli Roth berjanji bakal menyuguhkan unsur gore yang jauh lebih brutal ketimbang Cannibal Holocaust itu sendiri.
Cannibal Holocaust merupakan film produksi Italia yang dibuat sekitar tahun 1980. Disutradarai oleh Ruggero Deodato, film ini dibuat dengan gaya dokumenter sembari mempertontonkan aksi seram para suku kannibal di Hutan Hujan Amazon.
Kontan, berhubung tergolong hal yang baru di masa itu, kecaman terhadap film ini pun berdatangan. Tak tanggung-tanggung, 19 negara termasuk Italia melarang penayangan film ini. Yang paling keras, adalah pihak yang membawa sang sutradara ke meja hijau dengan tuduhan melakukan pembunuhan pada para aktor di dalam film.
Beruntung, meski sempat membuat heboh akibat penggambarannya yang sangat sadis, film murni fiktif ini sukses meraup keuntungan yang cukup besar. Melihat peluang yang cukup baik di tema ini, beberapa film serupa bermunculan.
Termasuk The Green Inferno yang baru dirilis pada 5 September 2014 kemarin. Diketahui, kembali mengambil setting di hutan Amazon, film yang sempat menuai reaksi ekstrim di ajang TIFF 2013 (Toronto International Film Festival) itu mencoba menggali lagi tema yang pernah dipakai Cannibal Holocaust
Yang bikin seram, dihiasi akting apik dari tiga pemain utamanya yakni Lorenza Isso, Ariel Levy serta Daryl Sabara, sang sutradara Eli Roth berjanji bakal menyuguhkan unsur gore yang jauh lebih brutal ketimbang Cannibal Holocaust itu sendiri.
4. Saw (2004)
Film horor Saw pertama kali dirilis pada 2004 silam. Dibintangi oleh , dan
Saking larisnya, film yang juga memperkenalkan boneka Jigsaw sebagai ikonnya ini pun berlanjut hingga sekuel ketujuh Guinness World Records sebagai franchise horor terlaris sepanjang masa.
Film horor Saw pertama kali dirilis pada 2004 silam. Dibintangi oleh , dan
Saking larisnya, film yang juga memperkenalkan boneka Jigsaw sebagai ikonnya ini pun berlanjut hingga sekuel ketujuh Guinness World Records sebagai franchise horor terlaris sepanjang masa.
5. The Purge (2013)
Meski darah masih menjadi permintaan utama di film-film slasher, belakangan tema-tema alternatif pun muncul tanpa mengurangi efek tegang dari cerita yang dihadirkan. Sebut saja salah satunya film The Purge yang mampu meraup USD 89 juta atas budget yang hanya berkisar di angka USD 3 juta saja.
Menyimak film pertamanya, The Purge bercerita tentang kisah fiksi mengenai kondisi Amerika Serikat di tahun 2022. Berhasil menempatkan pengangguran dan kejahatan dalam titik terendah di sepanjang sejarah Amerika Serikat, Negara Adidaya itu dikisahkan sukses jadi contoh kemakmuran bagi para negara lain di dunia.
Namun, di balik segala label kesuksesan yang dimiliki Amerika, sebuah acara pembersihan tahunan bernama The Purge pun perlahan-lahan terungkap menjadi budaya baru. Di malam tersebut, semua kegiatan kriminal termasuk pembunuhan dilegalkan.
Kontan, tak hanya menjadi ajang balas dendam, budaya ini juga selalu dikenal sebagai pertarungan penuh darah dengan tingkat kengerian yang maksimal. Jauh lebih seram dibandingkan cerita - cerita hantu yang pernah kita dengar.
Nah, jika anda mulai membayangkan kalau film ini akan berjalan ke arah film-film slasher ala Friday the 13th atau Saw, hal itu dipastikan tak akan terjadi karena film ini jauh lebih menitikberatkan cerita ketimbang penggambaran secara terang-terangan.
Hal tersebut semakin terlihat di film kedua dimana The Purge menjadi semakin ramah untuk perut. Namun, meski sudah tak terlalu berdarah-darah lagi, bukan berarti kalau The Purge lantas menjadi suguhan yang ringan bagi para penggemar slasher.
Melalui ekspresi para pemain serta suasana yang dibuat dengan begitu real, berbagai kejadian sadis justru sukses bercerita banyak di pikiran ketimbang mata. Hasilnya, bukan hanya merasa ngeri, film ini juga bisa menghantui anda hingga beberapa hari. Persis seperti saat kita disuguhkan film Human Centipede pada 2009 lalu.
Meski darah masih menjadi permintaan utama di film-film slasher, belakangan tema-tema alternatif pun muncul tanpa mengurangi efek tegang dari cerita yang dihadirkan. Sebut saja salah satunya film The Purge yang mampu meraup USD 89 juta atas budget yang hanya berkisar di angka USD 3 juta saja.
Menyimak film pertamanya, The Purge bercerita tentang kisah fiksi mengenai kondisi Amerika Serikat di tahun 2022. Berhasil menempatkan pengangguran dan kejahatan dalam titik terendah di sepanjang sejarah Amerika Serikat, Negara Adidaya itu dikisahkan sukses jadi contoh kemakmuran bagi para negara lain di dunia.
Namun, di balik segala label kesuksesan yang dimiliki Amerika, sebuah acara pembersihan tahunan bernama The Purge pun perlahan-lahan terungkap menjadi budaya baru. Di malam tersebut, semua kegiatan kriminal termasuk pembunuhan dilegalkan.
Kontan, tak hanya menjadi ajang balas dendam, budaya ini juga selalu dikenal sebagai pertarungan penuh darah dengan tingkat kengerian yang maksimal. Jauh lebih seram dibandingkan cerita - cerita hantu yang pernah kita dengar.
Nah, jika anda mulai membayangkan kalau film ini akan berjalan ke arah film-film slasher ala Friday the 13th atau Saw, hal itu dipastikan tak akan terjadi karena film ini jauh lebih menitikberatkan cerita ketimbang penggambaran secara terang-terangan.
Hal tersebut semakin terlihat di film kedua dimana The Purge menjadi semakin ramah untuk perut. Namun, meski sudah tak terlalu berdarah-darah lagi, bukan berarti kalau The Purge lantas menjadi suguhan yang ringan bagi para penggemar slasher.
Melalui ekspresi para pemain serta suasana yang dibuat dengan begitu real, berbagai kejadian sadis justru sukses bercerita banyak di pikiran ketimbang mata. Hasilnya, bukan hanya merasa ngeri, film ini juga bisa menghantui anda hingga beberapa hari. Persis seperti saat kita disuguhkan film Human Centipede pada 2009 lalu.