Alkisah disebuah negeri hiduplah seorang raja yang sedikit nyentrik. Kenapa nyentrik? Yah karena seringkali keinginannya aneh-aneh. Seperti apa? sebentar lagi anda bakalan tahu sendiri. Silakan disimak.
Suatu hari sang raja memanggil seorang kepercayaannya yang bernama Alakabam. Alakabam kaget bukan main ketika seorang utusan raja datang ke rumahnya. Ia harus menghadap raja secepatnya. Entah permaian apalagi kali ini. Pikiran Alakabam tak karuan. Setelah tiba di istana, sang raja menyambut Alakabam dengan sebuah senyuman. Terjadilah percakapan :
Raja : akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut, kata tabib
pribadiku aku kena serangan angin
Alakabam : ampun tuanku, apa yang bisa hamba lakukan sehingga tuan memanggil hamba?
Raja : aku hanya ingin kamu memenjarakan angin!
Alakabam : *#@%^? (bengong, bingung, diam 1001 bahasa)!
Angin tak bisa dilihat. Tak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tak seperti halnya air walaupun tidak berwarna, tapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Raja hanya memberi waktu tidak lebih dari 3 hari. Alakabam pulang membawa pekerjaan rumah dari sang raja, namun Alakabam tidak gentar karena berpikir sudah menjadi bagian dari hidupnya, bahkan sudah menjadi kebutuhan. Dari hasil pemikirannya, tak jarang dia membawa pulang sepundi emas pemberian dari sang raja.
Sudah dua hari berlalu, Alakabam belum juga dapat ide untuk menangkap angin, apalagi memenjarakannya. Alakabam hampir putus asa, dia tidak bisa tidur walau hanya sekejap. Haripun berlalu, saatnya Alakabam menghadap sang raja . Ditengah keputusasaannya itu, dia teringat tentang lampu Aladin. "Hmmm…bukankah jin itu tak terlihat?" Alakabam bergumam. Tring!! Ahaaa… akhirnya dia menemukan ide. Dengan semangat dia mempersiapkan segala sesuatunya dan bergegas menghadap sang raja.
Setelah bertemu dengan raja, maka terjadilah percakapan :
Raja : Wahai Alakabam, bagaimana tugas dariku. Apakah kau berhasil?
Alakabam : sudah yang mulia! (Alakabam mengeluarkan sebuah botol sambil senyam senyum)
Raja : anginnya mana? Aku tidak melihat apa-apa...
Alakabam : tuanku, dimana-mana angin kan tak bisa dilihat. Coba saja buka tutup botolnya!
Raja : euuaah...bau apa ini? (sang raja memalingkan muka karena baunya sangat menyengat)
Alakabam : ampun tuanku, tadi hamba buang angin. Sesuai instruksi tuan, maka hamba memenjarakannya di dalam botol. Hehehe
Raja : apa?? hwahahaha…benar-benar cerdas otakmu!!
Alakabam senang ternyata raja tidak marah. Setelah bernegosiasi, Alakabam meminta ganti rugi atas permintaan aneh sang raja dengan sedikit ancaman akan mengumumkan perihal sang raja yang mencium kentut Alakabam. Agak kaget sang raja, namun akhirnya beliau mengalah. Sambil tertawa lebar sang raja memberi hadiah. Alakabam pulang dengan hati sangat puas.
Yah, sekian cerita sang 'pawang angin'. Hehehe! Ternyata bukan pawang angin beneran yah, dia hanya seorang yang amat cerdas. Tahukah anda bahwa 'pawang angin' dalam cerita ini adalah sang Abu Nawas... yah, saya yakin anda juga mengenal sosok ini. Dan raja yang saya maksudkan siapa hayooo? yah, dialah Khalifah Harun Al-raysid yang hidup pada abad ke-8 di negeri Bagdad.
Suatu hari sang raja memanggil seorang kepercayaannya yang bernama Alakabam. Alakabam kaget bukan main ketika seorang utusan raja datang ke rumahnya. Ia harus menghadap raja secepatnya. Entah permaian apalagi kali ini. Pikiran Alakabam tak karuan. Setelah tiba di istana, sang raja menyambut Alakabam dengan sebuah senyuman. Terjadilah percakapan :
Raja : akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut, kata tabib
pribadiku aku kena serangan angin
Alakabam : ampun tuanku, apa yang bisa hamba lakukan sehingga tuan memanggil hamba?
Raja : aku hanya ingin kamu memenjarakan angin!
Alakabam : *#@%^? (bengong, bingung, diam 1001 bahasa)!
Angin tak bisa dilihat. Tak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tak seperti halnya air walaupun tidak berwarna, tapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Raja hanya memberi waktu tidak lebih dari 3 hari. Alakabam pulang membawa pekerjaan rumah dari sang raja, namun Alakabam tidak gentar karena berpikir sudah menjadi bagian dari hidupnya, bahkan sudah menjadi kebutuhan. Dari hasil pemikirannya, tak jarang dia membawa pulang sepundi emas pemberian dari sang raja.
Sudah dua hari berlalu, Alakabam belum juga dapat ide untuk menangkap angin, apalagi memenjarakannya. Alakabam hampir putus asa, dia tidak bisa tidur walau hanya sekejap. Haripun berlalu, saatnya Alakabam menghadap sang raja . Ditengah keputusasaannya itu, dia teringat tentang lampu Aladin. "Hmmm…bukankah jin itu tak terlihat?" Alakabam bergumam. Tring!! Ahaaa… akhirnya dia menemukan ide. Dengan semangat dia mempersiapkan segala sesuatunya dan bergegas menghadap sang raja.
Setelah bertemu dengan raja, maka terjadilah percakapan :
Raja : Wahai Alakabam, bagaimana tugas dariku. Apakah kau berhasil?
Alakabam : sudah yang mulia! (Alakabam mengeluarkan sebuah botol sambil senyam senyum)
Raja : anginnya mana? Aku tidak melihat apa-apa...
Alakabam : tuanku, dimana-mana angin kan tak bisa dilihat. Coba saja buka tutup botolnya!
Raja : euuaah...bau apa ini? (sang raja memalingkan muka karena baunya sangat menyengat)
Alakabam : ampun tuanku, tadi hamba buang angin. Sesuai instruksi tuan, maka hamba memenjarakannya di dalam botol. Hehehe
Raja : apa?? hwahahaha…benar-benar cerdas otakmu!!
Alakabam senang ternyata raja tidak marah. Setelah bernegosiasi, Alakabam meminta ganti rugi atas permintaan aneh sang raja dengan sedikit ancaman akan mengumumkan perihal sang raja yang mencium kentut Alakabam. Agak kaget sang raja, namun akhirnya beliau mengalah. Sambil tertawa lebar sang raja memberi hadiah. Alakabam pulang dengan hati sangat puas.
Yah, sekian cerita sang 'pawang angin'. Hehehe! Ternyata bukan pawang angin beneran yah, dia hanya seorang yang amat cerdas. Tahukah anda bahwa 'pawang angin' dalam cerita ini adalah sang Abu Nawas... yah, saya yakin anda juga mengenal sosok ini. Dan raja yang saya maksudkan siapa hayooo? yah, dialah Khalifah Harun Al-raysid yang hidup pada abad ke-8 di negeri Bagdad.