Cerita Misteri Malam minggu adalah malam yang paling ditunggu untuk kebanyakan anak muda. Acara yang disusun dari sabtu siang, mulai dari ngapelin ke rumah pacar (bagi yang punya pacar), iseng-iseng gangguin pacar orang atau malah ngapelin ke rumah pacar tetangga (ini pasti kerjaannya jomblo-jomblo kesepian :P ). Waktu itu (di sebuah tanggal) di bulan november tahun 2007, aku beruntung punya pacar yang bisa diapelin dan diajak jalan sehingga tidak termasuk ke dalam kelompok jomblo kesepian yang kurang kerjaan itu. Malam itu aku berencana ngajakin jalan pacarku, dan kebetulan ada acara seru di pusat kota.
Jam 18.30, aku dan motorku sudah sama-sama ganteng, Namun sial, jam 19.00 malah hujan besar, "bakalan ga jadi nih acaranya" pikirku. Ternyata langit malam itu masih berbaik hati padaku, tepat jam 19.45 hujan reda. Dengan gerak cepat, aku mengeluarkan belalang tempurku, meski rada protes akhirnya motorku pun mau juga diajak kerjasama. Dengan aku janjika, membelikannya pelumas terbaik dan memandikannya lagi besoknya.
Ketika sampai dipertigaan jalan, aku sempat bingung memilih jalan antara mengitari jalanan yang ramai atau lewat bulak (area persawahan dan kebun kosong) yang sepi.
Karena waktu yang terbatas, akhirnya aku memutuskan untuk lewat bulak saja, Lumayan untuk mempersingkat waktu juga. Untunglah hari ini malam minggu, setidaknya masih ada orang yang lewat sana meski cuma 2-3 orang pikirku.
Sesampainya disana.. "Bussyeeet dah..ternyata kenyataan gak selalu singkron dengan khayalan, keadaan malam ini sepi banget" ujar batinku. Sebelum masuk jalan bulak tersebut, aku memutuskan untuk menepi sebentar menunggu motor lewat yang bisa menjadi teman seperjalananku. Aku mengeluarkan rokok dan menghisapnya untuk mengusir sepi.
Sampai 15 menit ternyata tak ada 1 motor pun yang lewat, dengan menguatkan hati aku memutuskan untuk melanjutkan lagi. Sebenarnya sempat ingin untuk memutar arah, tapi takutnya kemalaman sampai ke rumah Sang pacar.
Belum sampai setengah perjalanan, ternyata otakku mengingat sesuatu bahwa nanti di pertengahan jalan bulak, terdapat sebuah kuburan tua yang cukup membuat mata ini tertuju padanya, ditambah lagi banyak cerita tentang kuburan tersebut yang sering aku dengar dari bapak-bapak yang biasa kumpul di pos kamling.
Semua ceritanya adalah cerita seram bin menakutkan, tak ada cerita romantis-romantisnya. "Arghhh.. kenapa aku baru mengingatnya sekarang bukan tadi pas masih dipertigaan" sesalku. Perjumpaan itu akhirnya tiba juga, mataku dengan sukses tertuju pada kompleks kuburan tersebut, keringat dingin pun mulai bermunculan di permukaan kulit.
"Cool saja bro, ga usah diliatin terus. ga ada apa-apa ko" batinku menenangkan. Tiba-tiba saja harum semerbak bunga setaman menusuk hidung, bulu kuduku berdiri hebat. Belum juga hilang bau kembangnya, motorku tiba-tiba semakin memberat seperti ada sesuatu.
"Sialan..kenapa disaat seperti ini motorku ga bersahabat sih?" gerutuku dalam hati. Setelah menjauh dari kuburan itu, aku berhenti sebentar untuk mengecek kondisi motorku, tak ada yang aneh bahkan yang aku kira ban motorku kempes dan ternyata tidak.
Aku melanjutkan perjalanan lagi, jam menunjukan 20.30 dan aku harus segera bergegas. Aku tak begitu ambil pusing dengan motorku yang memberat, biar besok saja aku cek di bengkel, yang terpenting sekarang aku harus secepatnya sampai di rumah pacarku agar dia tak cemberut.
Tidak beberapa lama terdengar suara motor dari kejauhan, dan semakin lama semakin dekat motor itu. "Akhirnya ada juga teman sependeritaan, lumayan banget untuk temen seperjalanan mengarungi bulak nan indah ini" batinku.
Eeeh..baru saja aku merasa tenang, motor yang harusnya sekarang dibelakangku malah menjauh lagi, sepertinya mereka sengaja mundur dan tak ingin berdekatan denganku. Sekilas akupun mendengar teriakan dari penumpang motor tersebut.
"Apaan tuh? mundur aja man ga usah deket-deket.." terdengar teriakan yang bernada panik.
"Wah kenapa mereka? apa mereka kira aku ini tukang ojeg setan? perasaan udah aku udah mandi dan berpakain rapi tadi masa masih terlihat meyeramkan juga?"gerutuku. 10 menit kemudian, aku keluar juga dari jalan bulak sialan ini.
Dan sekarang aku memasuki jalan alternative yang artinya sebentar lagi aku sampai ditempat tujuan. "Tapi kenapa dengan jalan ini, kok bisa sepi gini ya, padahal baru jam 9 kurang? lagipula ini malam minggu" batinku.
Aku melihat dari kejauhan tampak cahaya motor dari arah yang berlawanan. Setelah mendekat dan berpapasan, sepintas aku melihat ekspresi pengendara itu kaget dan bercampur takut setelah melirik kearahku. Diapun berteriak "Anj***..kuntilanaaak!!" teriaknya sambil menarik gas motornya dengan kencang, bahkan dia hampir masuk semak-semak di pinggir jalan karena saking paniknya.
"Waah..sepertinya memang ada yang tidak beres nih" ujarku dalam hati. Aku berusaha tetap tenang meski sebenarnya aku sudah merinding hebat, sambil perlahan melirik kaca spion motorku.
Jegeerr.. super sekali apa yang aku lihat dari spion kananku, sepintas aku melihat rambut panjang terurai yang anehnya tetap rapi meskipun terkena angin. Aku pun melirik kaca spion kiriku untuk memastikan, hampir saja aku melompat dari motor karena saking kagetnya. Kini yang aku lihat adalah sepasang kaki yang sedang berayun-ayun berbalut kain putih,
sepintas aku juga melihat tangan dengan kuku panjangnya yang runcing dan menghitam sedang tersandar tenang diatas pahanya. Hawa aneh pun mulai menyelimutiku. Aku berusaha tetap berkonsentrasi memacu motorku dan berdo'a sebisanya. Aku tak bisa berhenti di tempat sepi seperti ini, bisa-bisa aku malah diculik sama penumpang gelapku ini.
Ketika hampir sampai di pertigaan jalan utama yang ramai, bau harum kembang setaman itu tidak tercium lagi dan secara tiba-tiba motorku terasa menjadi ringan seperti sediakala.
Aku memberanikan diri untuk melirik spionku lagi, "Alhamdulilah, wanita itu sudah hilang" senangku. Akupun menepi dan berhenti sebentar, sekedar untuk menghirup udara segar dan memastikan wanita itu benar-benar sudah pergi. Ketika aku mulai bisa tenang, aku mulai mengingat-ingat di daerah mana aku berhenti.
Deg..jantungku pun berpacu kembali ternyata ini di kompleks kuburan dan tepat di seberang jalan, didepan pintu masuk kompleks kuburan aku melihat ada wanita berambut panjang memakai kain putih sedang berdiri menatapku, dengan wajah yang pucat pasi sepertinya dia tersenyum kearahku.
Wuaaahh..langsung saja aku menyalakan motorku dan pergi dari tempat kompleks tersebut. Bukan arah ke rumah pacarku yang aku tuju, tapi aku lebih memilih menuju alun-alun kecil yang cukup ramai karena saking takutnya.
Aku pun memesan sebuah teh botol yang dan sebatang rokok disalah satu kios, kini perasaanku mulai tenang kembali. Aku juga mulai menikmati ke ramaian malam minggu di alun-alun kecil ini. Baru saja aku selesai menelpon pacarku untuk menjelaskan aku tak jadi kerumahnya, datang 2 orang laki-laki ke hadapanku.
"Mas, masnya tadi yang lewat bulak itu kan ? Aku hafal sama motor dan plat nomernya mas" Ujar laki-laki yang berbaju hitam.
"Oh, iya mas. Kok mas bisa tahu?" jawabku
"Kita tadi yang ada di belakang motornya mas, tapi tadi kita terpaksa mundur lagi" ucapnya lagi.
"Mas.. dimana-mana yang namanya malam minggu itu ngajak jalan pacar kemana gitu, lah ini malam minggu malah ngeboncengin kuntilanak. Apa enaknya coba?" timpal laki-laki yang satunya.
Akupun cuma bisa nyengir kuda.
"Sialan..masih mending aku ngeboncengin kuntilanak yang sudah jelas berjenis kelamin perempuan daripada situ malam minggu, malah jalan bareng dengan mahluk berjenis yang sama, berdua lagi " batinku menghibur.
Ketika sampai dipertigaan jalan, aku sempat bingung memilih jalan antara mengitari jalanan yang ramai atau lewat bulak (area persawahan dan kebun kosong) yang sepi.
Karena waktu yang terbatas, akhirnya aku memutuskan untuk lewat bulak saja, Lumayan untuk mempersingkat waktu juga. Untunglah hari ini malam minggu, setidaknya masih ada orang yang lewat sana meski cuma 2-3 orang pikirku.
Sesampainya disana.. "Bussyeeet dah..ternyata kenyataan gak selalu singkron dengan khayalan, keadaan malam ini sepi banget" ujar batinku. Sebelum masuk jalan bulak tersebut, aku memutuskan untuk menepi sebentar menunggu motor lewat yang bisa menjadi teman seperjalananku. Aku mengeluarkan rokok dan menghisapnya untuk mengusir sepi.
Sampai 15 menit ternyata tak ada 1 motor pun yang lewat, dengan menguatkan hati aku memutuskan untuk melanjutkan lagi. Sebenarnya sempat ingin untuk memutar arah, tapi takutnya kemalaman sampai ke rumah Sang pacar.
Belum sampai setengah perjalanan, ternyata otakku mengingat sesuatu bahwa nanti di pertengahan jalan bulak, terdapat sebuah kuburan tua yang cukup membuat mata ini tertuju padanya, ditambah lagi banyak cerita tentang kuburan tersebut yang sering aku dengar dari bapak-bapak yang biasa kumpul di pos kamling.
Semua ceritanya adalah cerita seram bin menakutkan, tak ada cerita romantis-romantisnya. "Arghhh.. kenapa aku baru mengingatnya sekarang bukan tadi pas masih dipertigaan" sesalku. Perjumpaan itu akhirnya tiba juga, mataku dengan sukses tertuju pada kompleks kuburan tersebut, keringat dingin pun mulai bermunculan di permukaan kulit.
"Cool saja bro, ga usah diliatin terus. ga ada apa-apa ko" batinku menenangkan. Tiba-tiba saja harum semerbak bunga setaman menusuk hidung, bulu kuduku berdiri hebat. Belum juga hilang bau kembangnya, motorku tiba-tiba semakin memberat seperti ada sesuatu.
"Sialan..kenapa disaat seperti ini motorku ga bersahabat sih?" gerutuku dalam hati. Setelah menjauh dari kuburan itu, aku berhenti sebentar untuk mengecek kondisi motorku, tak ada yang aneh bahkan yang aku kira ban motorku kempes dan ternyata tidak.
Aku melanjutkan perjalanan lagi, jam menunjukan 20.30 dan aku harus segera bergegas. Aku tak begitu ambil pusing dengan motorku yang memberat, biar besok saja aku cek di bengkel, yang terpenting sekarang aku harus secepatnya sampai di rumah pacarku agar dia tak cemberut.
Tidak beberapa lama terdengar suara motor dari kejauhan, dan semakin lama semakin dekat motor itu. "Akhirnya ada juga teman sependeritaan, lumayan banget untuk temen seperjalanan mengarungi bulak nan indah ini" batinku.
Eeeh..baru saja aku merasa tenang, motor yang harusnya sekarang dibelakangku malah menjauh lagi, sepertinya mereka sengaja mundur dan tak ingin berdekatan denganku. Sekilas akupun mendengar teriakan dari penumpang motor tersebut.
"Apaan tuh? mundur aja man ga usah deket-deket.." terdengar teriakan yang bernada panik.
"Wah kenapa mereka? apa mereka kira aku ini tukang ojeg setan? perasaan udah aku udah mandi dan berpakain rapi tadi masa masih terlihat meyeramkan juga?"gerutuku. 10 menit kemudian, aku keluar juga dari jalan bulak sialan ini.
Dan sekarang aku memasuki jalan alternative yang artinya sebentar lagi aku sampai ditempat tujuan. "Tapi kenapa dengan jalan ini, kok bisa sepi gini ya, padahal baru jam 9 kurang? lagipula ini malam minggu" batinku.
Aku melihat dari kejauhan tampak cahaya motor dari arah yang berlawanan. Setelah mendekat dan berpapasan, sepintas aku melihat ekspresi pengendara itu kaget dan bercampur takut setelah melirik kearahku. Diapun berteriak "Anj***..kuntilanaaak!!" teriaknya sambil menarik gas motornya dengan kencang, bahkan dia hampir masuk semak-semak di pinggir jalan karena saking paniknya.
"Waah..sepertinya memang ada yang tidak beres nih" ujarku dalam hati. Aku berusaha tetap tenang meski sebenarnya aku sudah merinding hebat, sambil perlahan melirik kaca spion motorku.
Jegeerr.. super sekali apa yang aku lihat dari spion kananku, sepintas aku melihat rambut panjang terurai yang anehnya tetap rapi meskipun terkena angin. Aku pun melirik kaca spion kiriku untuk memastikan, hampir saja aku melompat dari motor karena saking kagetnya. Kini yang aku lihat adalah sepasang kaki yang sedang berayun-ayun berbalut kain putih,
sepintas aku juga melihat tangan dengan kuku panjangnya yang runcing dan menghitam sedang tersandar tenang diatas pahanya. Hawa aneh pun mulai menyelimutiku. Aku berusaha tetap berkonsentrasi memacu motorku dan berdo'a sebisanya. Aku tak bisa berhenti di tempat sepi seperti ini, bisa-bisa aku malah diculik sama penumpang gelapku ini.
Ketika hampir sampai di pertigaan jalan utama yang ramai, bau harum kembang setaman itu tidak tercium lagi dan secara tiba-tiba motorku terasa menjadi ringan seperti sediakala.
Aku memberanikan diri untuk melirik spionku lagi, "Alhamdulilah, wanita itu sudah hilang" senangku. Akupun menepi dan berhenti sebentar, sekedar untuk menghirup udara segar dan memastikan wanita itu benar-benar sudah pergi. Ketika aku mulai bisa tenang, aku mulai mengingat-ingat di daerah mana aku berhenti.
Deg..jantungku pun berpacu kembali ternyata ini di kompleks kuburan dan tepat di seberang jalan, didepan pintu masuk kompleks kuburan aku melihat ada wanita berambut panjang memakai kain putih sedang berdiri menatapku, dengan wajah yang pucat pasi sepertinya dia tersenyum kearahku.
Wuaaahh..langsung saja aku menyalakan motorku dan pergi dari tempat kompleks tersebut. Bukan arah ke rumah pacarku yang aku tuju, tapi aku lebih memilih menuju alun-alun kecil yang cukup ramai karena saking takutnya.
Aku pun memesan sebuah teh botol yang dan sebatang rokok disalah satu kios, kini perasaanku mulai tenang kembali. Aku juga mulai menikmati ke ramaian malam minggu di alun-alun kecil ini. Baru saja aku selesai menelpon pacarku untuk menjelaskan aku tak jadi kerumahnya, datang 2 orang laki-laki ke hadapanku.
"Mas, masnya tadi yang lewat bulak itu kan ? Aku hafal sama motor dan plat nomernya mas" Ujar laki-laki yang berbaju hitam.
"Oh, iya mas. Kok mas bisa tahu?" jawabku
"Kita tadi yang ada di belakang motornya mas, tapi tadi kita terpaksa mundur lagi" ucapnya lagi.
"Mas.. dimana-mana yang namanya malam minggu itu ngajak jalan pacar kemana gitu, lah ini malam minggu malah ngeboncengin kuntilanak. Apa enaknya coba?" timpal laki-laki yang satunya.
Akupun cuma bisa nyengir kuda.
"Sialan..masih mending aku ngeboncengin kuntilanak yang sudah jelas berjenis kelamin perempuan daripada situ malam minggu, malah jalan bareng dengan mahluk berjenis yang sama, berdua lagi " batinku menghibur.