Pada waktu Banjir Besar Zaman Nabi Nuh, semua makhluk hidup dibawa olehnya ber-pasang²an didalam kapal besarnya.
Agar selama berlayar tidak terjadi penambahan penumpang (bayi yang baru lahir), Nabi Nuh memerintahkan agar semua makhluk berkelamin jantan mencopot anunya.
Setelah banjir sudah surut dan kapal terdampar diatas sebuah bukit, Nabi Nuh memerintahkan agar semua makhluk keluar dan melanjutkan hidupnya seperti biasa.
Segenap makhluk berhamburan berlari keluar dan menuruni bukit. Tiba-tiba terdengar suara Nabi Nuh:
"Semua penumpang kapal berkelamin jantan agar segera kembali kekapal untuk mengambil anunya yang ketinggalan!!!"
Mendengar pengumuman tersebut semua makhluk baru teringat bahwa anu mereka masih disimpan dikapal. Mereka segera berlarian kembali ke kapal untuk mengambilnya.
Kuda yang larinya paling cepat sampai duluan, hingga dengan tenangnya memilih anu yang paling besar, yaitu punya si gajah. Setelah dipasang, maka larilah si kuda untuk menjumpai pasangannya.
Gajah yang tidak bisa lari kencang terpaksa memakai anu yang tersisa.
Bebek yang datang belakangan tidak menemukan anunya walaupun sudah dicari kesana-kemari. Kemudian Nabi Nuh berkata:
"Sepertinya ada yang mengambil lebih dari satu deh, begini saja, kamu pakai saja potongan tali kapal dulu, nanti kalau kamu punya ketemu, gampang ditukar lagi."
Terakhir datang semut, tetapi anu sudah sama sekali habis.
Karena memang tidak ada lagi maka nabi berjanji pada semut:
"Nanti kalau ketemu saya beritahu salah satu dari kamu."
Itulah sebabnya mengapa sampai sekarang kuda berjalan dengan kepala tegak dan congkak, memamerkan anunya yang besar.
Gajah setiap berjalan selalu menggelengkan kepalanya menyesali dirinya:
"Badan gede tapi anu kecil."
Anu bebek sampai sekarang masih berbentuk spiral seperti per keong.
Dan semut setiap berpapasan dengan sesamanya selalu berhenti sejenak dan bertanya:
"Sudah ketemu belum?"